Pernahkah mendengar tentang kisah seorang wanita yang melahirkan di dalam kubur? Mungkin cerita semacam itu mengingatkan kepada kita tentang film horor yang diperankan oleh artis Suzana pada tahun 80-an. Apakah hal tersebut benar atau tidak, hingga kini sebagian masyarakat masih mempercayai akan hal itu.
Akan tetapi jika kita kembali pada masa kekhalifahan Umar bin Khattab, ternyata kisah yang sama sungguh benar-benar terjadi. Kisah ini bermula ketika seorang wanita yang hamil tua meninggal dan dikuburkan sebagaimana biasanya. Akan tetapi setelah beberapa hari kematiannya, mayit tersebut justru melahirkan seorang anak.
Keterangan ini didapatkan dari Abdullah. Telah menceritakan kepada Muhammad Ibnul Husain, telah menceritakan kepada Ubaid Ibn Ishaq, telah menceritakan kepada Ashim Ibn Muhammad al Umari dari Zaid Ibn Aslam dari ayahnya berkata:
“Saat Umar bin Khattab sedang berkhutbah di hadapan orang banyak, lalu lewatlah seseorang bersama puterinya yang digendong diatas pundaknya. Lalu Umar berkata, ‘Aku tak melihat burung gagak yang serupa dengan burung gagak lain melebihi keserupaan ayah dan anak ini.”
Perumpamaan yang disampaikan oleh Umar bin Khattab memberi arti bahwa sangat sulit membedakan antara wajah ayah dan puterinya tersebut. Umar menyerupakan burung gagak karena pada masa itu yang sulit dibedakan satu dengan yang lainnya adalah burung gagak.
Laki-laki yang membawa puterinya tersebut kemudian berkata kepada Umar, “Demi Allah Wahai Amirul Mukminin, anak ibu ini melahirkan setelah ia meninggal dunia.” Penasaran dengan ucapan laki-laki tersebut, Umar bin Khattab segera membetulkan duduknya dan bertanya mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Maka laki-laki itu pun menceritakan bahwa dulu ia berniat untuk melakukan safar. Akan tetapi istrinya melarangnya untuk pergi. Sang istri berkata, “Bagaimana mungkin kau meninggalkan aku sementara aku sedang hamil?”
Mendengar ucapan istrinya tersebut, ia kemudian berusaha menenangkannya dan berkata, “Aku menitipkan janin yang berada di dalam perutmu kepada Allah Ta’ala” Kemudian ia pun meninggalkan istrinya.
Beberapa setelah melakukan safar dan kembali pulang, dirinya mendapati rumahnya dipenuhi dengan kerumunan orang-orang. Anak dari pamannya kemudian menghampiri dan memberitahukan bahwa istrinya telah meninggal. Ia pun langsung terkejut dan sedih karena kejadian tersebut.
Hanya ucapan Innaa Lillahi Wa Inna Ilaihi Rajiun yang menyertai kepergian istrinya tersebut. Maka pada suatu malam dirinya duduk di Baqi’ bersama dengan anak-anak pamannya yang lain. Dari kejauhan muncul kepulan asap yang keluar dari arah kuburan istrinya. Maka dengan penuh kebingungan ia bergegas menuju ke arah kuburan disertai dengan beberapa anak pamannya yang lain.
Dalam benaknya, sang istri merupakan seorang yang shaleh sehingga tidak mungkin jika Allah menghinakannya. Lantas dengan keberanian tinggi, ia membuka kuburan tersebut dan didapatinya anak yang dulu di perut istrinya, tengah memeluk jasad sang istri yang sudah tidak bernyawa lagi.
Sesaat terdengar ada orang yang berucap, “Wahai orang yang menitipkan kepada Tuhannya, ambillah kembali titipanmu. Jika seandainya engkau juga menitipkan ibunya, maka tentu engkau akan mendapatinya juga.”
Maka ia pun mengambil bayi tersebut dan menutup kuburan istrinya. Setelah itu dengan kasih sayang, ia membesarkan puterinya tersebut.
***
Para ulama yang menyimak kisah ini memberitahukan kepada kita bahwa jika kita menitipkan sesuatu kepada Allah, maka Allah akan menepati janjiNya.
Semoga Allah senantiasa memberikan takdir yang baik kepada kita semua dan kita pun harus ikhlas atas apa yang telah ditentukanNya. Wallahu A’lam
Akan tetapi jika kita kembali pada masa kekhalifahan Umar bin Khattab, ternyata kisah yang sama sungguh benar-benar terjadi. Kisah ini bermula ketika seorang wanita yang hamil tua meninggal dan dikuburkan sebagaimana biasanya. Akan tetapi setelah beberapa hari kematiannya, mayit tersebut justru melahirkan seorang anak.
Keterangan ini didapatkan dari Abdullah. Telah menceritakan kepada Muhammad Ibnul Husain, telah menceritakan kepada Ubaid Ibn Ishaq, telah menceritakan kepada Ashim Ibn Muhammad al Umari dari Zaid Ibn Aslam dari ayahnya berkata:
“Saat Umar bin Khattab sedang berkhutbah di hadapan orang banyak, lalu lewatlah seseorang bersama puterinya yang digendong diatas pundaknya. Lalu Umar berkata, ‘Aku tak melihat burung gagak yang serupa dengan burung gagak lain melebihi keserupaan ayah dan anak ini.”
Perumpamaan yang disampaikan oleh Umar bin Khattab memberi arti bahwa sangat sulit membedakan antara wajah ayah dan puterinya tersebut. Umar menyerupakan burung gagak karena pada masa itu yang sulit dibedakan satu dengan yang lainnya adalah burung gagak.
Laki-laki yang membawa puterinya tersebut kemudian berkata kepada Umar, “Demi Allah Wahai Amirul Mukminin, anak ibu ini melahirkan setelah ia meninggal dunia.” Penasaran dengan ucapan laki-laki tersebut, Umar bin Khattab segera membetulkan duduknya dan bertanya mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Maka laki-laki itu pun menceritakan bahwa dulu ia berniat untuk melakukan safar. Akan tetapi istrinya melarangnya untuk pergi. Sang istri berkata, “Bagaimana mungkin kau meninggalkan aku sementara aku sedang hamil?”
Mendengar ucapan istrinya tersebut, ia kemudian berusaha menenangkannya dan berkata, “Aku menitipkan janin yang berada di dalam perutmu kepada Allah Ta’ala” Kemudian ia pun meninggalkan istrinya.
Beberapa setelah melakukan safar dan kembali pulang, dirinya mendapati rumahnya dipenuhi dengan kerumunan orang-orang. Anak dari pamannya kemudian menghampiri dan memberitahukan bahwa istrinya telah meninggal. Ia pun langsung terkejut dan sedih karena kejadian tersebut.
Hanya ucapan Innaa Lillahi Wa Inna Ilaihi Rajiun yang menyertai kepergian istrinya tersebut. Maka pada suatu malam dirinya duduk di Baqi’ bersama dengan anak-anak pamannya yang lain. Dari kejauhan muncul kepulan asap yang keluar dari arah kuburan istrinya. Maka dengan penuh kebingungan ia bergegas menuju ke arah kuburan disertai dengan beberapa anak pamannya yang lain.
Dalam benaknya, sang istri merupakan seorang yang shaleh sehingga tidak mungkin jika Allah menghinakannya. Lantas dengan keberanian tinggi, ia membuka kuburan tersebut dan didapatinya anak yang dulu di perut istrinya, tengah memeluk jasad sang istri yang sudah tidak bernyawa lagi.
Sesaat terdengar ada orang yang berucap, “Wahai orang yang menitipkan kepada Tuhannya, ambillah kembali titipanmu. Jika seandainya engkau juga menitipkan ibunya, maka tentu engkau akan mendapatinya juga.”
Maka ia pun mengambil bayi tersebut dan menutup kuburan istrinya. Setelah itu dengan kasih sayang, ia membesarkan puterinya tersebut.
***
Para ulama yang menyimak kisah ini memberitahukan kepada kita bahwa jika kita menitipkan sesuatu kepada Allah, maka Allah akan menepati janjiNya.
Semoga Allah senantiasa memberikan takdir yang baik kepada kita semua dan kita pun harus ikhlas atas apa yang telah ditentukanNya. Wallahu A’lam
loading...