Hanya dua hari setelah foto ini diambil, bayi berusia lima bulan bernama Udai Faisal meninggal karena kelaparan ekstrim. Tubuhnya seperti ranting, pipinya mengkerut, matanya mengering, sungguh malang nasib bayi ini.
Udai adalah salah satu dari sekian banyak orang yang menderita akibat perang di Yaman. Ibunya yang bernama Intissar Hezzam mengatakan, "Dia tidak menangis dan tidak mengeluarkan air mata, hanya kaku. Aku menjerit dan pingsan."
Keluarganya hidup di tengah-tengah perang dan kemiskinan. Mereka hanya mengandalkan uang pensiunan ayah Udai, Faisal Ahmed, yang merupakan mantan tentara. Dengan pendapatan kurang dari Rp 3 juta per bulannya, Hezzam harus membiayai hidup sembilan anaknya.
Sementara itu, Ahmed terkadang bekerja sebagai kontruksi untuk menambah biaya hidup. Tapi karena perang, ia kehilangan pekerjaannya, sementara harga pangan terus naik dan memaksa mereka makan seadanya.
"Dia (Hezzam) menjerit dan melahirkan bayi sementara pemboman mengguncang rumah," kata Ahmed, seperti dilansir Metro.co.uk, Rabu (30/3/2016).
Bahkan setelah melahirkan, Hezzam harus mengumpulkan kayu bakar untuk menyalakan kompor di depan rumahnya. "Aku pergi setiap hari ke tempat yang jauh untuk mencari kayu kemudian membawanya ke rumahku dengan kepalaku," katanya.
Keluarga beralih menggunakan susu formula untuk memenuhi kebutuhan Udai, tapi susunya tidak selalu ada karena mereka tidak mampu membelinya. Jadi, dalam beberapa hari Udai akan minum susu, sementara hari lainnya ia hanya akan minum air biasa dan gula.
Terkadang, ibu Udai harus menggunakan air tidak bersih untuk memenuhi kebutuhan minum keluarganya. Akibatnya Udai menderita diare dalam waktu tiga bulan kemudian. Ayahnya membawanya ke klinik setempat, tapi pihak klinik tidak memiliki persediaan untuk merawat Udai.
Hingga pada 20 Maret kemarin, Udai mendapat perawatan di Rumah Sakit al-Sabeen. Kepala unit darurat rumah sakit tersebut, Saddam al-Azizi, mengatakan kalau Udai menderita gizi buruk, diare dan infeksi dada.
Udai bahkan harus menggunakan antibiotik dan harus makan melalui hidung dengan menggunakan selang berukuran kecil. Lengannya kejang-kejang, wajahnya kurus dan pucat. Ketika menangis pun, ia tidak mengeluarkan air mata karena dehidrasi.
Ketika usianya lima bulan, ia hanya memiliki berat 2,4 kg. Dua hari kemudian, Udai menghembuskan nafas terakhirnya.
Ayah Udai menyalahkan Angkatan Udara Saudi atas kematian anaknya. Udai pun dimakamkan di pegunungan dekat rumahnya. Sang ayah tak kuasa menahan tangis sambil membacakan ayat suci Al-Quran.
"Kepada Allah kita bergantung," katanya.
loading...