Kisah ini berawal di jaman Fir’aun dimana salah seorang wanita mendapatkan kehormatan untuk menjadi tukang sisir rambut dari putri raja. Meski pun begitu, ia tetap beriman kepada Allah dan berusaha agar keimanannya tidak diketahui oleh Fir’aun yang kejam.
Hingga pada suatu ketika, sisir yang dipakai tukang sisir tersebut jatuh ke lantai. Karena imannya yang kuat, ia lantas mengucapkan ‘bismillah’ sembari mengambil sisir tersebut.
Putri raja yang memang tengah berada dekat dengannya kemudian bertanya, “Apakah Allah (dalam kalimat bismillah) itu nama lain ayahku?”
Sontak wanita tukang sisir itu terdiam sejenak dan berpikir antara harus berbohong ataukah jujur.
Dengan keberanian tinggi, akhirnya wanita muslimah itu berkata, “Bukan. Allah itu nama Tuhanku, Tuhan ayahmu dan Tuhan seluruh makhluk yang ada di muka bumi.”
“Bukankah tidak ada tuhan selain ayahku?” sahut putri Fir’aun
Dengan iman yang kuat dan siap mengambil segala resiko, wanita itu pun berkata, “Ayahmu bukan Tuhan. Tuhan kita adalah Allah Ta’ala.”
Maka putri raja yang polos tersebut segera mendatangi ayahnya dan menceritakan tentang wanita tukang sisir tersebut. Betapa marahnya sang raja yang tak lain adalah Fir’aun. Ia pun segera memerintahkan pasukannya untuk menyeret tukang sisir tersebut.
Ketika berada di hadapan sang raja, tukang sisir itu pun terlebih dahulu ditawari kebebasan dengan syarat harus mengakui Fir’aun sebagai Tuhan. Akan tetapi wanita muslimah itu tetap teguh dalam keimanannya dan menolak dengan tawaran sang raja. Ia siap mendapatkan siksaan sekeras apapun dari raja dzalim tersebut.
Maka putri raja tersebut segera menyiapkan tempat siksaan berupa wajan dari logam. Ia pun memasukkan minyak dan memanaskannya hingga mendidih. Satu persatu keluarga tukang sisir itu pun dimasukkan ke dalam minyak mendidih dan dimulai dari anak-anaknya dahulu.
Atas idzin Allah, anaknya yang masih berusia 2 tahun itu dapat berbicara dan berkata kepada ibunya, “Wahai ibuku, tabahlah. Sesungguhnya siksa di dunia ini lebih ringan daripada siksa di akhirat.”
Tetap teguh dalam pendiriannya, maka tinggal wanita muslimah itu yang masuk ke dalam wajan minyak yang sangat panas dan semuanya syahid dalam mempertahankan keimanannya.
Ribuan tahun pun berlalu dan ketika Rasulullah melaksanakan Isra Mi’raj, beliau mencium aroma yang sangat wangi. Maka ia pun bertanya kepada malaikat Jibril.
“Wahai Jibril, dimana sumber aroma wangi tersebut?”
Malaikat Jibril menjawab, “Wangi tersebut berasal dari perempuan penyisir rambut putri Fir’aun.”
Dialah Masyithah yang aroma jasadnya tercium hingga ribuan tahun dan aromanya sampai ke surga. Sebuah keteguhan iman yang membuat iri siapapun.
Jika ia disiksa hanya lantaran mengucapkan kalimat ‘bismillah’ dan mempertahankan keimanannya hingga akhir, maka mengapa kita tidak sekuat tenaga mempertahankan syariat Allah di tengah perabadan yang semakin menghiraukan seruanNya?
Semoga kita semua bisa mempertahankan akidah dan ibadah kita agar tidak mudah goyah oleh apapun. Aamiin
Wallahu A’lam
loading...